Rahim Pengganti

Bab 146 "Memulai Semuanya Bersama"



Bab 146 "Memulai Semuanya Bersama"

0Bab 146     
0

Memulai Semuanya Bersama     

"Na … maafkan saya. Maaf Na, kamu keluar ya. Saya janji tidak akan macam macam sama kamu lagi, tapi kamu harus keluar ya."     

Daffa sudah pasrah dengan istrinya yang tidak mau membuka pintu, hingga surat kunci di buka membuat mata Daffa menatap ke arah pintu.     

Ceklek     

Pintu terbuka, menampilkan Gina yang sudah lebih segar dari sebelumnya. Bahkan wanita itu saat ini, sudah bisa menampilkan senyuman nya. Dan hal itu benar benar membuat Daffa semakin tidak nyaman.     

"Na … aku minta maaf, maaf sudah membuat kamu tidak nyaman," ujar Daffa.     

Gina tersenyum dan mengajak suaminya itu untuk duduk di sofa, bayangan tadi ketika keduanya berciuman terlintas di benak Gina membuat wanita itu langsung bersemu merah.     

***     

Selesai makan malam, keduanya masih berdiam diri. Tidak ada, ucapan atau pembicaraan yang terjadi di antara mereka berdua. Satu dengan lain nya, masih tidak tahu harus bersikap seperti apa yang jelas Daffa ingin meminta maaf namun, masih tidak tahu harus memulai dari mana, begitu juga dengan Gina yang sudah tudak betah berada dalam satu ruangan yang sama dengan Daffa suaminya itu.     

"Na," panggil Daffa. Gina yang masih menundukkan kepalanya lalu mengangkat dan mulai, menatap ke arah sang suami. Masih ada perasaan ragu dan juga malu namun, Gina tetap menatap Daffa.     

"Hem."     

"Soal tadi siang aku beneran minta maaf Na. Maaf sudah membuat kamu tidak nyaman, bukan maksud aku untuk memaksakan kehendak," ujar Daffa.     

Gina tersenyum wanita itu akan berubah untuk terlihat baik baik saja di depan suaminya, "Saya yang harus nya meminta maaf, karena belum bisa memberikan apa yang seharusnya menjadi hak anda. Maaf saat ini, saya belum siap. Menerima pernikahan ini saja saya masih butuh waktu, ini terlalu mendadak bagi saya. Jadi saya, masih harus belajar untuk hal ini, maaf jika ini membuat Anda tidak suka," ucap Gina. Daffa saat ini menjadi pendengar yang baik, pria itu tidak banyak mengeluarkan suara hanya diam dan mendengarkan semua yang diucapkan oleh istrinya. "Saya masih butuh waktu untuk menerima semua ini," sambung Gina.     

Daffa tersenyum, ini adalah kali pertama bagi nya mendengar ungkapan dari Gina. Daffa mengerti, bukan hanya untuk Gina tapi dirinya juga, semuanya sangat sangat cepat sampai sampai membuat dirinya bingung harus berbuat seperti apa. Tapi Daffa sudah berjanji untuk membuat Gina bahagia, memulai semuanya dari awal.     

"Bukan hanya kamu, tapi aku juga. Semuanya terkesan mendadak, tapi kita bisa menikmati waktu bersama. Kami dan aku, kita mulai semuanya bareng bareng. Nikmati setiap harinya, menerangi rumah ini bersama. Apakah kamu mau memulai semuanya bersama aku kembali? Melupakan embel embel bahwa pernikahan kita perjodohan, melupakan bahwa pernikahan ini tidak diinginkan?" tanya Daffa.     

"Mari kita mulai semuanya bersama," lanjut Daffa. Gina tersentuh, wanita itu berfikir bahwa Daffa akan marah dengan dirinya karena sudah berani menolak Daffa, namun, nyatanya tidak Daffa baik laki laki itu malahan memberikan waktu untuk memulai kembali bersama, memulai kehidupan ini. "Kamu mau kan? Memulai pernikahan ini bersama dengan aku?" tanya Daffa.     

Gina hanya diam, Daffa sangat takut dengan diamnya yang dilakukan oleh Gina, pria itu tidak mau membayangkan sesuatu hal yang akhirnya membuat Daffa menyesal. Hal hal buruk tiba tiba muncul dan membuat Daffa sangat takut untuk mendengar ucapan dari istrinya itu. Sedangkan Gina hanya bingung harus menjawab apa, wanita itu terdiam di depannya tanpa berkata sedikitpun.     

Lama, keduanya diam seribu bahasa hingga Daffa menarik nafasnya mengambil tangan Gina, hal itu membuat kedua mata mereka bertemu, mata itu saling menatap satu dengan lainnya.     

"Kita berjuang bersama ya," ucap Gina. Wanita itu hanya mengatakan satu kalimat singkat namun, hasilnya benar benar luar biasa. Daffa langsung memeluk Gina dengan erat, malam ini menjadi saksi bahwa keduanya akan bersama sama membuka hati untuk bisa berjuang dalam hubungan yang begitu sakral ini, dan bersama sama memperbaiki semuanya.     

***     

Pagi ini rasanya sangat berbeda, bagaimana tidak Gina bangun dengan keadaan berada di dalam pelukan suaminya, sungguh baru kali ini dirinya merasakan tidur yang begitu nyenyak.     

Wanita itu begitu bahagia, berharap dengan hubungan ini yang akan membawa semua kebahagian, Gina saat ini sedang menyiapkan sarapan pagi untuk mereka berdua, Gina juga sudah masuk ke dalam ke kampusnya dan ternyata pemilik kampus tersebut adalah ayah mertua Gina.     

Hal itu membuat Gina kaget, sangat sangat kaget. Semalam keduanya saling bercerita semuanya tentang mereka masing masing, dan hal itu membuat deketan di antara keduanya semakin terjalin, Gina begitu bahagia dengan hal tersebut.     

"Masak apa?" tanya Daffa. Pria itu langsung mengecup pipi istrinya dan memeluk Gina dari belakang, hal tersebut membuat Gina kaget.     

Bersentuhan seperti ini, sedikit membuat Gina tidak nyaman hal itu karena selama dirinya hidup, hanya kepada sang ayah dan abangnha saja sedangkan saat ini, Gina harus terbiasa dengan kehadiran wanita lain. Hal itu membuat Gina harus terbiasa.     

"Nasi goreng," jawabnya Gina berusaha untuk menutupi gugupnya, wanita itu tidak ingin terlihat aneh di depan suaminya. Karena Gina tahu, hal seperti ini biasa untuk laki laki dewasa seperti Daffa. Namun, baru dirinya hal itu masih sangat tabu.     

"Aku mandi dulu ya, kamu masak yang rajin. Nanti ke kampus aku antar," ujar Daffa lalu kembali mendaratkan kecupannya kepada, Gina dan hal itu semakin membuat kedua pipi Gina merah akibat perbuatan sang suami.     

Setelah Daffa pergi, Gina menyentuh dadanya jantung di dalam tubuhnya berdetak dengan sangat cepat hal itu membuat Gina harus menarik nafas panjang saat ini oksigen di dalam dirinya seolah habis.     

Sedangkan Daffa, sudah tersenyum bahagia melihat wajah merah yang ditampilkan oleh istrinya. Lima belas menit berlalu, Daffa dan Gina sudah duduk di depan meja makan. Keduanya menikmati nasi goreng yang di masak oleh Gina.     

"Kamu sangat pintar masak," ucap Daffa.     

"Terima kasih. Di rumah bunda selalu, mengajarkan saya. Anda mau lagi nasi goreng?" tanya Gina.     

Daffa menarik nafas nya berat, sungguh berbicara dengan istri nya seperti akan melamar pekerjaan sangat formal dan bikin pusing.     

"Na!!" panggil Daffa. Gina yang akan menyiapkan nasi goreng ke dalam mulutnya menatap Daffa. "Iya." Daffa menarik nafas nya panjang, "Bisa nggak kita bicaranya pakai aku kamu aja. Nggak usah saya anda, aku jadi seperti ketemu komandan dan mau lamar kerja," ucap Daffa. Gina yang mendengar hal itu, hanya menatap suaminya wanita itu juga bingung dengan dirinya sendiri yang menggunakan bahasa yang sangat formal.     

"Oke. Aku juga, sebenarnya agak gimana gitu, hanya saja takut nanti kamu gak nyaman," jelas Gina.     

Daffa terkejut dengan apa yang, disampaikan oleh Gina sungguh hal ini membuat Daffa tidak habis pikir. Sarapan pagi, ini diwarnai dengan tawa mereka masing masing. Setelah selesai, Daffa langsung mengantar Gina terlebih dahulu sebelum dirinya melaporkan bahwa cutinya sudah selesai.     

***     

"Pulang jam berapa?" tanya Daffa. Gina menoleh ke arah suaminya itu, wanita itu tersenyum. "Hari ini hanya ada satu mata kuliah, dan itu yang mengajar Om Atha biasanya kalau Om Atha yang ngisi kelas, akan lama soalnya aku sama Sekar biasanya akan di suruh ke ruangan dan dapat wejangan," ujarnya Gina. Daffa tertawa mendengar cerita yang di sampaikan oleh istrinya itu, suasana di dalam mobil menjadi begitu hangat. Sehingga membuat mereka saling melempar beberapa pertanyaan.     

Mobil yang dikendarai oleh Daffa sudah sampai di depan kampus, mobil yang begitu menonjol membuat semua orang di sana menatap ke arah mobil yang baru mendarat di sana.     

"Nanti kalau kelas nya udah selesai telpon aku aja ya. Biar di jemput," ujar Daffa.     

"Nanti aku bisa naik taksi aja."     

"Gak ada bantahan, aku juga lagi gak ada tugas di kesatuan. Jadi bisa jemput istri," jawab Daffa. Mendengar jawaban tersebut membuat, pipi Gina bersemu merah. Sungguh Daffa kenapa semakin manis, membuat Gina jadi malu di depan suaminya saat ini.     

"Hati hati istri, selamat kuliahnya ya, ibu Persit," goda Daffa. Pria itu sangat tahu, bagaimana ekspresi sang istri jika di goda seperti itu, sedangkan Gina sudah keluar dari dalam mobil wanita itu sungguh tidak sanggup dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Bisa bisa dirinya akan benar benar malu di depan Daffa, karena sikap laki laki itu yang selalu bisa membuatnya berdebar.     

Gina berjalan, semua orang yang sudah tahu mengenai identitas nya ada yang memuji diri nya, ada juga yang menghujat, semua tergantung dengan apa yang di nilai oleh mereka. Gina tidak akan memikirkan hal itu, karena semua apa yang di nilai oleh mereka tidak ada yang benar dan hanya pendapat yang tidak berguna saja.     

"Cie … cie … yang di antar oleh Abang tentara," goda Sekar. Mendengar godaan itu membuat Gina semakin merona, gadis itu sangat jarang bahkan tidak pernah bersikap seperti itu namun, perubahan sikap yang di lihat oleh teman teman nya ini membuat, Sekar, Acha, Akbar bahkan Dewa semakin penasaran.     

"Abang gue kayaknya udah mau jadi bucin nih," ucap Dewa.     

"Lho kok bisa gitu Wa?" tanya Akbar.     

"Lo lihat aja nih, Gina yang biasanya jarang dandan. Tiba tiba dandan." Semua orang langsung menatap ke arah Gina, "Bang Daffa, sangat pantang melewatkan apel pagi. Tapi, lihat mengantar Mbak Gina spesial ke kampus, gimana gak di bilang bucin kan," lanjut Dewa.     

Mereka semua terdiam dan menatap ke arah Gina senyum lebar terlihat dari raut wajah Sekar gadis itu begitu bahagia mendengar apa yang diucapkan oleh Dewa perjodohan yang dilakukan untuk Gina ini benar-benar membuat Sekar terkejut. Apalagi saat Bian yang marah kepada Gina membuat Sekar takut bagaimana Gina menjalani rumah tangganya. Mereka sibuk mengejek dan menggoda Gina Hal itu membuat pipi Gina semakin merah karena malu. Tak lama mereka semua masuk ke dalam kelas karena Athalla adalah dosen yang paling killer dan tidak suka mahasiswanya masuk telat walau hanya satu detik.     

***     

Tepat pukul 10 pagi mereka semua keluar dari dalam kelas, dari raut wajah mereka semua terlihat jelas bahwa mereka sangat lelah dengan mata kuliah yang baru saja selesai lebih tepat nya karena di setiap mata kuliah yang diajarkan oleh Athalla. Setiap mahasiswa wajib menjawab apapun pertanyaan yang dilontarkan oleh dosen mereka, bahkan pertanyaan tersebut terkadang hanya memiliki makna singkat tapi harus dijabarkan dengan sangat panjang. Hal itulah yang membuat beberapa mahasiswa sangat tidak suka dengan diri nya.     

"Kita pergi ke mall aja yuk," usul Acha.     

"Gue nggak bisa mau izin dulu sama Dafa soalnya tadi dia bilang yang mau jemput," ujar Gina.     

Mereka semua kaget dengan apa yang baru saja didengar kan ucapan yang dilontarkan oleh Gina membuat mereka semua tidak habis pikir bagaimana bisa kita menyebut nama suaminya dengan begitu lantang titik Dewa hanya bisa geleng geleng kepala melihat kakak ipar nya yang begitu frontal tersebut Sekar yang memang usianya lebih tua mulai menasehati Gina. Hal itu membuat Gina terdiam akan apa yang baru saja dirinya ucapkan.     

"Gue, bingung mau nyebut dia pake apaan."     

"Sama Na. Gue juga, apa lagi pas ibu marah besar saat gue manggil lo dengan sebutan nama, duh rasa nya kuping gue mau lepas di jewer ibu," ucap Dewa. Ketiga orang lainnya yang ada di sana, bukan nya prihatin dengan keadaan Dewa, malahan mereka tertawa karena apa yang dirasakan Dewa begitu lucu sehingga membuat semua menjadi tidak bisa menahan tawa nya.     

"Lo harus belajar Na. Masa manggil mas tentara gitu, aja. Pake Mas, Abang, sayang juga bisa kok," ujar Acha.     

Gina hanya. Menampilkan senyuman saja, wanita itu tidak tahu nanti harus bersikap seperti apa yang jelas saat ini dirinya harus bertanya kepada Daffa, apakah boleh dia ikut pergi ke Mall atau tidak.     

Lima belas menit menunggu pesan singkat yang diri nya kirim kan kepada sang suami, akhir nya di balas juga. Senyuman bahagia tercetak dengan sangat jelas di wajah Gina saat mendapatkan izin dari Daffa, laki laki itu berpesan untuk segera pulang saat sudah selesai.     

Daffa juga tidak akan mungkin membatasi semua ruang lingkup Gina, karena laki laki itu tahu, saat ini kedua nya sedang bersama sama membangun sebuah istana yang akan membuat mereka bahagia.     

"Ayo!!" ajak Gina. Mereka semua lalu pergi dari tempat tersebut, dan mulai menuju mobil Dewa. Mobil yang menjadi alat transportasi untuk pergi ke mana pun, karena Sekar dan Akbar akan selalu di antar oleh supir rumah. Dan Acha juga sama, jadi hanya Gina dan Dewa lah yang akan menjadi tempat tumpangan, berhubung Gina tidak membawa mobil nya membuat mobil Dewa lah yang menjadi korban nya.     

***     

Sesampainya di mall, mereka semua masuk ke dalam sebuah cafe yang tidak begitu ramai di sana, cafe yang menjadi tempat favorit untuk mereka semua nongkrong.     

"Wih tumben jam segini ada live musik," ucap Akbar.     

Cafe ini akan ada live musik jika hari Sabtu dan malam Minggu, tapi kali ini berbeda, di siang hari apa lagi ini bukan weekend sudah tersedia tempat live musik.     

"Mungkin ada orang yang sewa. Kalian perhatikan gak sih, ini tempat kok sepi," ujar Acha. Namun, Sekar dan Dewa hanya diam saja tidak biasanya kedua orang itu diam. Hal ini membuat Akbar sedikit curiga namun, laki laki tetap diam.     

"Ya udah bagus dong, jadi kita bisa lebih leluasa di sini," ucap Dewa.     

Mereka lalu, menuju ke arah meja yang biasa mereka tempati. Banyak hal yang mereka ceritakan bahkan, Dewa dan Akbar mulai melemparkan ejekan mereka masing masing.     

Hingga suara musik dengan lagu favorit Gina di main kan membuat, semua orang yang ada di sana menoleh. Dewa dan Sekar saling bertos ria, rencana pergi ke mall secara mendadak ini ternyata sudah di atur oleh Sekar dan Dewa sebelum nya.     

"Every night in my dreams     

Tiap malam dalam mimpiku     

I see you. I feel you     

Ku melihatmu. Ku merasakanmu     

That is how I know you go on     

Begitulah cara aku tahu kau bertahan     

Far across the distance     

Meskipun jauh jarak     

And spaces between us     

Dan ruang diantara kita     

You have come to show you go on     

Kau telah datang tuk tunjukkan kau bertahan     

Near, far, wherever you are     

Dekat, jauh, dimanapun kau berada     

I believe that the heart does go on     

Ku percaya hati ini akan bertahan     

Once more you open the door     

Sekali lagi kau membuka pintu     

And you're here in my heart     

Dan kau ada di sini di dalam hatiku     

And my heart will go on and on     

Dan hatiku akan terus bertahan     

Love can touch us one time     

Cinta bisa menyentuh kita sekali     

And last for a lifetime     

Dan abadi untuk selamanya     

And never let go till we're gone     

Dan jangan pernah melepaskannya sampai kita mati     

Love was when I loved you     

Cinta adalah ketika aku mencintaimu     

One true time I hold to     

Saat aku benar-benar bersamamu     

In my life we'll always go on     

Dalam hidupku kita akan selalu bertahan     

Near, far, wherever you are     

Dekat, jauh, dimanapun kau berada     

I believe that the heart does go on     

Aku percaya hati ini akan bertahan     

Once more you open the door     

Sekali lagi kau membuka pintu     

And you're here in my heart     

Dan kau ada di sini di dalam hatiku     

And my heart will go on and on     

Dan hatiku akan terus bertahan     

You're here, there's nothing I fear     

Jika kau di sini, tak ada yang aku takutkan     

And I know that my heart will go on     

Dan aku tahu hatiku akan bertahan     

We'll stay forever this way     

Kita akan selamanya seperti ini     

You are safe in my heart     

Kau aman di dalam hatiku     

And my heart will go on and on     

Dan hatiku akan terus bertahan     

And you're here in my heart     

Dan kau ada di sini di dalam hatiku     

And my heart will go on and on     

Dan hatiku akan terus bertahan     

You're here, there's nothing I fear     

Jika kau di sini, tak ada yang aku takutkan     

And I know that my heart will go on     

Dan aku tahu hatiku akan bertahan     

We'll stay forever this way     

Kita akan selamanya seperti ini     

You are safe in my heart     

Kau aman di dalam hatiku     

And my heart will go on and on     

Dan hatiku akan terus bertahan     

Mendengar nyanyian itu membuat, Gina terkejut wanita itu menatap ke arah depan di mana sang suami berdiri dengan senyuman yang begitu mengembang, sontak saja apa yang dilakukan oleh Daffa membuat Gina begitu tersanjung, rasanya saat ini wanita itu ingin pergi menuju luar, untuk bisa menutupi rasa malu nya.     

Gina bukan malu, karena apa yang dilakukan oleh Daffa tapi wanita itu malu karena di tonton oleh banyak orang, beberapa pelayan cafe yang melihat hal itu sangat kagum dengan apa yang di lakukan oleh Daffa bahkan mereka semua memuji Daffa dengan sangat jelas, hal itu membuat Gina semakin malu dengan hal tersebut.     

"Gila … gila … gila, mas tentara begitu romantis, gue pengen juga deh nikah sama mas tentara," ujar Acha. Mendengar hal itu, membuat mata Gina melotot tajam. Acha yang menatap ke arah mata Gina seketika langsung tertawa. "Eh maaf Na. Maksud nya gue, mau nikah sama Abang tentara lain. Bukan Abang Daffa maksudnya," jelas Acha. Sekar dan Akbar yang ada di sana hanya menahan tawa nya ketika melihat raut wajah, Acha yang ketakutan melihat tatapan yang di berikan oleh Gina.     

Daffa berjalan ke arah istri nya itu tak lupa bunga yang sudah di siapkan oleh diri nya, segera di bawa oleh Daffa dan langsung di berikan kepada sang istri, Sekar dan Acha sudah heboh dengan apa yang mereka lihat sedangkan Gina hanya bersikap biasa biasa saja.     

"Bukan kamu," ujar nya dengan menampilkan senyuman yang begitu indah. Melihat senyum yang di tampil kan oleh Daffa, seketika langsung membuat Gina meleleh. Wajah tampan dan tubuh yang kekar memang membuat nilai plus untuk Daffa.     

***     

Daffa dan juga Gina saat ini sedang berbelanja di mall. Kedua nya memilih pergi dari tempat tersebut, bukan kedua nya lebih tepat nya Gina yang tidak suka dengan cara pandang orang orang di dalam cafe tersebut kepada suami nya.     

"Kamu suka daging slide?" tanya Gina. Daffa menganggukkan kepala nya, helaan nafas berat terdengar dengan sangat jelas. Gina sejak tadi sudah malas dengan suami nya itu bagaimana tidak, Daffa hanya menganggukkan kepala nya untuk semua makanan yang di tunjukkan kepada diri nya, "Kamu dari tadi menganggukkan kepala terus, aku itu serius tahu," ucap kesal Gina.     

Melihat hal itu membuat Daffa menggaruk kepalanya yang tidak gatal, pria itu bingung dengan hal apa yang terjadi. Sungguh Daffa takut, salah jawab itulah kenapa diri nya hanya menganggukkan kepalanya, bukan hanya itu saja Daffa juga suka dengan semua makanan sehingga apa pun yang di tawarkan oleh istrinya tidak ada yang bisa di tolak.     

"Tapi emang semua nya aku suka," ucap Daffa.     

"Tapi, kan bisa jawab iya kek apa kek. Kenapa cuma ngangguk aja. Emang kamu kucing di toko yang kerjaan nya ngangguk doang," ucap kesal Gina. Melihat wajah istrinya yang cemberut membuat Daffa menahan tawa nya sedangkan Gina sudah berjalan menjauhi suaminya itu karena Gina yakin saat ini pipinya sudah sangat merona.     

###     

Selamat membaca dan terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.